29 November 2011

(GoVlog) Belajar Memahami ODHA

Pontianak - Kalimantan Barat

Sebanyak 4.779 orang di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) positif HIV/AIDS hingga September 2011 (Kompas, 21 November 2011).

Saya membayangkan apa reaksi saya kalau saya membaca berita di atas beberapa tahun yang lalu. Saya yakin bukan empati yang akan saya rasakan. Saya pastikan saya tak akan peduli dan saya tak mau ambil pusing karena menurut saya mereka mendapat penyakit karena perbuatan mereka sendiri. Saya ingat ketika saya masih SMA, ada berita bahwa HIV/AIDS telah sampai di kota kecil saya. Dalam pikiran saya ketika itu, "Ah, baguslah. Biar jera."


Dari sini
Saya tahu betapa jahatnya saya waktu itu. Katakanlah, tak manusiawi karena mensyukuri orang lain yang terkena musibah. Pengetahuan saya tentang HIV/AIDS memang masih sangat dangkal. Yang saya tahu, orang terkena HIV/AIDS karena perilaku mereka yang beresiko: seks bebas dan narkoba. Saya belum tahu kalau penularan HIV/AIDS tak hanya lewat seks bebas dan narkoba tetapi juga karena ketidaktahuan.

Dikutip dari sini, berdasarkan data GF-ATM Program Kalbar, hingga April 2011 terdapat 107 anak-anak pengidap HIV yang menjalani perawatan. Sepuluh di antaranya telah meninggal dunia. Lalu, apakah anak-anak ini melakukan perilaku berisiko? Tidak. Mereka menderita HIV/AIDS karena tertular dari ibu mereka dan ibu mereka tertular dari oleh sang ayah yang  tak sadar akan kemungkinan penyakit yang dia derita.


Dari sini
Pengetahuan ini membuat saya semakin paham, bukan salah mereka sehingga mereka menjadi ODHA. Bukan keinginan mereka untuk menjadi ODHA. Pun, seandainya mereka ODHA karena perilaku beresiko, kenapa kita harus terus menyalahkan, menjauhi dan menganggap mereka seperti sebuah kutukan? 


Dari sini
ODHA-ODHA pertama di kota kecil saya itu memang terjangkit HIV/AIDS karena perilaku mereka yang beresiko. Tapi, masih benarkah reaksi saya waktu itu? Sekarang, saya tak akan membenarkannya. Saya tetap mengutuk perilaku beresiko yang mereka lakukan tapi saya tak akan lagi memandang sinis mereka. 


Manusia tak ada yang sempurna. Manusia bisa saja berbuat salah. Haruskah kita menghukum mereka karena kesalahan masa lalu mereka? Bagaimana kalau mereka ingin berubah? Bagaimana kalau ODHA itu keluarga kita, saudara kita, teman kita? Masihkah kita tak peduli. Atau bagaimana kalau ODHA itu bahkan adalah kita sendiri?

Dari sini
Sebuah pemahaman yang benar mengantarkan kita pada tindakan yang benar. Tindakan yang benar dari kita akan membantu mereka menghadapi penyakit dan bahkan mengurangi penyebaran penyakit itu sendiri. Dukungan kita akan membangkitkan semangat hidup mereka dan membuat mereka terbuka akan penyakit yang mereka derita untuk mencegah mereka menyebarkannya pada orang lain.


Dari sini
Saya sedang belajar untuk semakin memahami ODHA dan akan mengajar dunia untuk juga memahami mereka. ODHA juga manusia. Mereka punya hak sama seperti manusia lainnya.  Jangan biarkan mereka sendirian. Let's understand, love, and respect ODHA.



28 November 2011

Peran Guru dalam Mencerdaskan Bangsa


Kebanyakan anak kecil, kalau ditanya mau jadi apa, jawabnya pasti jadi dokter, pilot, tentara, polisi atau yang lagi ngetrend sekarang, jadi Spiderman! :D Kenapa? Itu sebenarnya jadi pertanyaannya saya sedari dulu. Menurut otak saya yang seringkali over dosis dalam hal sotoynya ini, satu-satunya alasan kenapa kebanyakan anak tak bercita-cita jadi guru adalah karena guru itu tak sekeren Spiderman! Wah, adik-adik kecil itu pasti belum tahu kalau guru dan Spiderman itu sebenarnya sama. Sama-sama pahlawan super dan pastinya juga sama-sama keren, seperti saya. :D
Pak guru Spidey yang ngganteng baru pulang ngajar. :D
Fotonya saya ambil dari sini
Saya sebenarnya ingin menulis tentang Spiderman di sini. Saya ingin membandingkan si manusia laba-laba yang jago memanjat gedung itu dengan manusia biasa bernama guru yang tidak bisa mengeluarkan jaring laba-laba dari ujung jarinya. Secara, mereka kan sama-sama pahlawan super. Tapi sudahlah. Saya takut tulisan ini akan jadi OOT alias out of topic kalau saya memaksakan kehendak.
Baiklah, saya akan serius. Pertama-tama, saya diwajibkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana peran guru dalam mencerdaskan bangsa. Saya bahas dulu tentang kecerdasan. Menurut para ahli, ada empat jenis kecerdasan. Yang pertama kali ditemukan adalah kecerdasan intelektual. Kecerdasan ini ditemukan oleh William Stern pada tahun 1912. Pada masa itu bahkan sampai sekarang juga masih, kecerdasan intelektual dianggap sebagai penentu berkualitas atau tidaknya seseorang.
Yang kedua adalah kecerdasan emosional. Istilah  kecerdasan emosional digunakan pertamakali oleh Wayne Payne pada tahun 1985 yang kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman pada tahun 1995. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memahami suatu kondisi perasaan seseorang, terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Kecerdasan emosional ini diungkapkan dengan take a walk in another person’s shoes. Mohon jangan salah artikan kalimat berbahasa Inggris tersebut dengan selalu meminjam sepatu teman kalau mau pergi jalan-jalan. :D
Next, ada kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini digagas oleh Danar Zohar dan Ian Marshall. Menurut Zohar dan Marshall (2001) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup orang lebih bermakna dibandingkan orang lain. Kecerdasan spiritual memberi kita kemampuan membedakan mana yang benar dan mana yang tidak.
Yang terakhir adalah kecerdasan sosial. Istilah kecerdasan sosial pertamakali diperkenalkan oleh E. L. Thorndike pada tahun 1920 untuk menggambarkan keterampilan dalam memahami dan mengatur orang lain. Daniel Goleman (2007) mengungkapkan kecerdasan sosial ini terdiri atas dua hal, apa yang kita rasakan tentang orang lain (berhubungan erat dengan kecerdasan emosional) dan apa yang kemudian kita lakukan setelah kita merasakan perasaan orang lain itu.
Lalu, sebegitu pentingkah memiliki empat jenis kecerdasan itu? Penting karena keempat-empatnya saling mendukung untuk menjadikan seseorang berkualitas super. Kecerdasan intelektual diperlukan untuk kreasi dan inovasi, kecerdasan emosional untuk kepercayaan diri, kecerdasan spiritual untuk iman dan moral serta kecerdasan sosial diperlukan untuk kepedulian dan kasih sayang pada sesama.
Oleh karena itu, tugas guru akhirnya bukan hanya sekedar mengajar dan mentransfer ilmu-ilmu akademik kepada murid-muridnya tetapi juga harus membimbing dan mengayomi serta memberi teladan yang baik karena guru yang baik akan menghasilkan murid yang baik pula. Seorang guru dituntut tak hanya jadi seorang pengajar, tapi juga pendidik, orang tua, penasihat sekaligus motivator yang bertugas membentuk manusia berkarakter baik yang kreatif dan inovatif, percaya diri, bermoral dan peduli pada sesama. Pembentukan ini tak bisa jadi dalam waktu singkat, tapi memerlukan proses panjang yang terkadang menguras begitu banyak energi. Proses panjang ini juga harus dilakukan secara kontinyu dan memerlukan kerjasama yang baik antar semua pihak terkait: guru dan orang tua.
Dari paparan super serius dan super sederhana di atas, saya menarik kesimpulan bahwa tugas mencerdaskan itu tidaklah gampang. Perlu keahlian yang membutuhkan kecerdasan dan juga kesabaran (itulah kenapa saya samakan guru itu dengan Spiderman. Spiderman punya kekuatan super, guru punya kesabaran super. Wekeke). Membentuk sesuatu menjadi produk berkualitas bagus kan memang tak semudah membalikkan telapak tangan.
Ketidakgampangan tugas guru pernah membuat saya memilih untuk menjauh. Ketika akhirnya saya mencoba mengajar anak-anak pada sebuah bimbel, saya merasa saya mulai menyenangi aktivitas mengajar. Saya senang melihat keriangan mereka. Saya bahagia melihat perilaku mereka yang seringkali konyol (mungkin karena gurunya juga konyol). Saya bahagia dan hanya karena itulah saya memilih menjadi guru, hanya karena saya bahagia bisa bersama-sama murid saya. Walaupun saya akui, rasa ingin menjauh terkadang datang, saya berusaha untuk tetap tinggal dan melakukan sesuatu untuk menjadikan diri saya lebih baik dalam menjalankan peran saya.
Berbicara lagi tentang peran guru. Untuk mencerdaskan bangsa, seorang guru tak hanya bisa melakukannya di sekolah tetapi juga bisa lewat blog seperti yang dilakukan oleh http://wijayalabs.com. Sayang kalau teknologi yang sudah sedemikian canggih tak dipergunakan sebaik-baiknya untuk membantu tugas berat tapi keren itu. Selain berbagi pengetahuan dengan murid, blog juga bisa digunakan untuk berbagi pengalaman dengan rekan-rekan sesama guru guna mencari solusi-solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan-permasalahan di kelas, tak terkotak oleh area dan waktu. Mari kita menjadi guru cerdas yang mengajar dan mendidik dengan cara cerdas agar menghasilkan murid-murid cerdas demi membangun sebuah bangsa yang cerdas. Hidup guru!


26 November 2011

I am Ready!

Okeh! Rumah udah bersih. Ruang tamu udah rapi jali. Foto-foto keren udah di pasang termasuk salah satunya foto saya di kolam ikan belakang rumah. wkwkwk. Tapi ini juga masih berbenah-benah. Barang-barang masih banyak berada di tempat yang tak semestinya. Fiuhh. Ya sudahlah, sambil berbenah, berusaha nulis lagi. Ada tiga event yang bisa diikuti November ini. Salah  satunya Lomba Menulis Cerita Pendek Islami.Yang mau ikutan, bisa lihat infonya di sini. Wish you luck and please, wish me luck too. Hehe.

Syair Tentang Willow Kelabu

Ada kisah-kisah tua dan kuno
Tertulis di kertas papyrus rapuh diabad-abad yang lalu
Diceritakan orang-orang bermata abu-abu dari desa Sallow
Tentang pohon tua di tepi sungai, ia Willow kelabu

Menurut cerita orang-orang bermata abu-abu
Willow kelabu adalah jelmaan dewi Sikki dari surgaloka
Diturunkan dewa tertinggi
Dengan nyanyian merdu mendayu penghilang lara

Dan disanalah, dibalik bukit, ditepi sungai cermin
Ditemani lili sungai indah, putih dan merah
Ada lily of the valley, bleeding heart sang bunga peri dan blue bell, sungguh meriah 
tumbuh berkeliling dibawah pohon-pohn hutan seperti mngawal willow kelabu

"Turunilah bukit, susuri jalan setapak berpagar semak, temui ia." kata orang bermata abu-abu
"Jiwamu akan dijaga dari keresahan, kau akan tidur dengan tenang."
Nyanyian willow kelabu mendayu melewati hutan, pohon, semak dan rumpun-rumpun bunga
Nadanya melata kepenjuru bukit sampai ke desa sallow dibaliknya
Mememenjarakan geisah dan keburukan hati
Mengirimkan ketenangan
"Willow kelabu adalah penjaga kami." seru orang bermata abu-abu


Lalu bernyanyilah orang-orang bermata kelabu
Oh Willow kelabu Nyanyikan untuk kami sebuah lagu
Antarkan kami pada mimpi
Tentang hutan, pohon, sungai, air terjun dan musim semi

Sayukan mataku wahai Willow tua kelabu
Bius aku dengan  sihir dalam nyanyianmu
Bawa aku pergi jauh
Ke tempat tersepi dimana hanya bisa ku dengar suara pohon-pohon tumbuh

Willow kelabu akhirnya bernyanyi
Terdengar jauh, jauh dan tinggi
Mengembuskan angin penuh mimpi
Tentang hutan, pohon, sungai, air terjun dan musim semi

Pulang

Hatsyiihh!
Gilaa! Kenapa banyak debu begini? Sarang laba-laba? Lumut? Ada sarang semut di pojokan? Sarang burung? Sarang kecoa? Sarang tikus??? TIDAAAAKKKK!!

*kabur cari bantuan