29 November 2010

Rain



Percakapan tentang hujan:


Mafren - Why do you think rain is good?
Aku - I don't know how to tell ya about this. Well, aku hanya merasa bahagia saat hujan turun. Merasa damai. merasa lebih hidup.
Mafren - I understand.
Aku - Do you like rain?
Mafren - Yeah. Aku suka hujan dan cuaca yang terkesan murung.
Aku - Aku juga. Beberapa waktu terakhir semakin suka. Mungkin efek bulan November. Why do you like rain?
Mafren : Kulitku rentan terhadap sinar matahari.


Banyak alasan mengapa hujan menjadi begitu menarik dan begitu dibutuhkan. Hujan yang basah. Hujan yang indah. Hujan yang adalah anugrah. Hujan adalah hidup. Hujan yang menginspirasi banyak hal. Hujan yang selalu membuatku bergairah untuk menyatukan diri dengan butiran-butiran beningnya, menikmati dinginnya, menikmati sensasinya. Hujan yang membuat sisi kekanakanku muncul. Melupakan sejenak masalah-masalah dewasaku. Membersihkan kesedihan dengan alirannya disekujur tubuhku. Hujan, yang ketika aku menangis dalam rengkuhannya, tak akan ada satu orangpun yang tau.

Banyak kata untuk mengekspresikan rasa terhadap hujan. Banyak puisi yang tercipta karena hujan. Banyak cerita terjadi dalam hujan. Tak cukup sekali tangan bergerak menulis dan bercerita tentangnya."I love this cloudy sky. It makes me feel like in my own dreamworld. I love raining. It makes me feel alive! Await for the rain pour down."  Ini adalah salah satu ekspresi rasaku saat menunggunya turun tercurah dari langit. Ohh, hujan, aku suka! Aku suka!

Tersesat

Rasa panas yang mendera sekujur tubuh membangunkanku dari tidur yang tak nyaman. Tidur dengan mimpi-mimpi aneh yang menyedot rasa aman dan bahagia hingga tak bersisa. Kukerjapkan mata, berusaha beradaptasi dengan cahaya terang yang menyorot wajahku. Apa ini?!! Aku bangun tergesa.

Ada rasa tak nyaman mengocok perutku. Seperti belasan kupu-kupu yang terbang tak henti. Kupandang sekelilingku. Ini dunia apa? Aku dimana? Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku ada disini? Siapa yang mengangkatku dari tempat tidur  biru lautku dan meletakkankku disini? Disebuah tempat ditengah gurun. Benar-benar gurun. Benar-benar gersang dan kerontang. Seluas mata memandang hanya padang pasir. Tunggu! Bukan?! Tak hanya padang pasir. Ada banyak bangunan disekilingku. Pemukiman ditengah gurun!!

Aku menoleh kesana kemari. Tak ada sesuatupun yang kukenal. Asing. Semua serba asing. Orang-orang dari berbagai ras lalu-lalang. Ada yang berjalan tergesa-gesa entah kemana. Ada yang sambil bercakap santai dengan bahasa yang untungnya ada yang kumengerti. Kudekati mereka. Kutanyakan dimana aku berada. Tak ada yang menjawab. Mereka hanya menoleh beberapa detik lalu melengos dan melanjutkan aktivitas mereka. Berjalan tergesa. Berjalan dan bercakap santai sambil tertawa-tawa. Kudekati yang lain. Semua sama. Menoleh sesaat lalu menganggapku tak ada. Aku frustasi!

Kulihat beberapa beranda rumah yang disana terdapat beberapa orang bersantai menikmati pagi. Pagikah ini? Entahlah. Kusapa mereka sambil tersenyum dan kutanyakan keberadaanku. Semua orang-orang di beranda sama saja dengan orang dijalan. Mereka menganggapku bayangan. Tak menyerah, aku berkeliling. Kuajak bicara semua orang, orang tua, remaja, anak kecil. Tak ada yang mau menjawabku. Aku makin frustasi! Aku takut! Aku marah! Aku berteriak marah pada mereka, "KATAKAN PADAKU DIMANA AKU BERADA!!" Lagi, hanya hening yang menjawabku.

Aku tersesat dalam dimensi yang berbeda. "Ini bukan duniaku!!" teriakku pada udara. Udarapun tak peduli. Marah! Marah mendominasi emosiku. Marah karena ketaktahuanku dan kebingunganku. Marah karena ketakpedulian mereka. Apa? Mengapa? Bagaimana bisa? Semua pertanyaan mengalir kembali dan lagi-lagi aku tak tahu jawabannya. Aku terduduk lesu sambil menangis diantara pohon yang tak kutahu namanya. Mengepalkan tangan marah seraya meninju-ninju pasir sampai tanganku berdarah. Tuhan, tolong aku.

28 November 2010

Belajar Dari Barat

Kalau di TV ada program BELAJAR INDONESIA yang isinya bule-bule belajar budaya Indonesia, disini ada BELAJAR DARI BARAT. Isinya orang Indonesia belajar budayanya para bule. Gantian!

Mungkin, selama ini yang paling kita tahu tentang dunia barat sana adalah tentang budaya bebasnya yang benar-benar lepas. Pergaulan bebas. seks bebas. Negatif. Padahal banyak budaya bagus dinegeri sana yang mesti kita tahu, pelajari dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


Aku punya satu contoh kecil dari hal-hal positif yang ada pada budaya barat. Hal kecil yang pernah aku rasakan ketika bergaul dengan salah satu dari mereka. Hal kecil itu adalah memuji. Orang barat tak segan memuji hal-hal biasa sekalipun. Bahkan, terkadang untuk hal yang didalamnya masih terselip kesalahan. Aku pernah mendengar cerita dari seorang guru yang ikut program di Australia. Katanya, "Saya melihat guru-guru disekolah Australia mengatakan good job untuk pekerjaan siswanya. Pas saya liat, pekerjaan itu sangat biasa. Lalu apanya yang good job!?" Perkataan bapak ini membuatku dan Andi F. Noya yang mewawancarainya malam itu tertawa.

Bapak itu melanjutkan ceritanya, "Itulah mengapa murid-murid disana kritis. Mereka tidak takut menyampaikan pendapat. Mereka tidak cemas berbuat salah karena ketika mereka berbuat salah sekalipun, mereka tetap diapresiasi oleh guru mereka."

Yaa. Itulah kekuatan pujian. Pujian menghilangkan ketakutan untuk berbuat. Menghapus tekanan. Meningkatkan rasa percaya diri. Jadi, apa salahnya memuji. Ketika saudara, teman atau murid kita melakukan sesuatu yang positif, pujilah. Ketika mereka mendapat kemenangan-kemenangan kecil dan biasa, pujilah. Buat mereka merasa senang dan dan merasa didukung sehingga tetap melakukan aktifitas positif itu.  Dengan melakukan ini, kita sudah membantu seseorang membangun kekuatan positif dalam dirinya. Kekuatan positif akan menghasilkan yang positif-positif. Bagaimana kawan-kawan!? Akurrr!? :)

25 November 2010

Cita-cita SMA

Diwall facebook..
Beberapa hari terakhir penuh dengan jawaban-jawaban konyol teman-temanku. Mereka diwawancarai facebook! Iri, aku berkata pada facebook, "Wahai facebook, wawancarai juga aku dan akan kuberikan jawabanku." 
Facebook mengedipkan matanya, "Ceritakan padaku tentang cita-citamu." 
Aku nyengir kuda lalu menjawab, "Baiklah."

Kuceritakan padamu kawan tentang cita-citaku waktu SMA. Dulu, banyak hal-hal aneh yang ingin aku kerjakan, tentunya bersama partnerku si Gemgem. Karena dua otak ini jarang memikirkan hal-hal yang waras, pantas kalau aku bilang -mengutip kata-kata Andrea Hirata-, aku dan partnerku itu  sama dengan kesintingan simetris! Pernah suatu saat, seorang murid bertanya, "Miss, cita-citanya apa sih?" Jawabku, "Miss mau jadi pencuri!" Tak salah kalau dia protes. Ahh, jangan protes dulu adikku. Aku kan bercita-cita jadi pencuri cuma waktu SMA dulu.

Menjadi pencuri kelas internasional! Itu cita-citaku beberapa tahun yang lalu. Berniat menjarah barang-barang berharga penuh sejarah seperti di museum terkenal, membuatku dan partner sintingku sibuk mendeskripsikan bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat kami beroperasi .Perjalanan pergi dan pulang sekolah dipenuhi oleh rencana-rencana apa dan dimana objek yang bisa dijadikan tujuan misi. Objek itu mestilah dipenuhi oleh penjagaan berteknologi tinggi seperti difilm Charlie's Angels. Barang berharga yang disimpan dalam ruangan dipenuhi sinar X, diletakkan didalam kotak bersandikan simbol aneh dan dijaga oleh sistem perlindungan berlapis yang menggunakan retina mata  orang tertentu untuk kode masuk. Lalu aku dan partner sintingku dengan gampang memasuki ruangan penyimpanan dan mencuri benda berharga lalu wuuuzzz... pergi tanpa diketahui. Bahh! Berasa keren! Inilah akibat dari banyak menonton film-film action detektif-detektifan.

Dilain waktu, berkobar dalam dadaku keinginan untuk menjadi seorang pilot perang. Ingin kutunjukkan rasa cintaku pada sang negeri dengan cara ini. Menjadi seorang patriot yang membela bangsa dan rela mempersembahkan nyawa. Membayangkan hebatnya terbang diangkasa, melaju mengejar musuh,  terbang terbalik berputar-putar menghindar, mengejar lagi, mengunci sasaran dan ceklik! Boom! Hancurlah musuh!

Bahh! Benar-benar tak sadar diri! Lagak berani terluka dan berkorban nyawa, tersayat pisau saja pucat dan menetes airmata. Bergaya terbang diangkasa, terbalik dan berputar-putar, padahal duduk terguncang-guncang didalam bis saja keok. Kusalahkan Stea karena cita-citaku ini!

Lalu, pernah kuimpikan menjadi salah satu staff NASA karena kesukaanku pada pelajaran tata surya. Kuutarakan pada mamak keinginanku itu tanpa menyadari betapa gilanya keinginan tersebut. Kubilang gila karena tak ada karyawan NASA yang nilai fisikanya tiga!!!

Menjadi detektif gara-gara Conan dan Kindaichi, ingin nge-dance seperti Energy, jadi seleb dan punya banyak fans seperti Westlife de el el adalah beberapa dari banyak cita-cita yang ada ketika SMA. Cita-cita yang hadir karena kebanyakan baca atau nonton TV. Ahh. Itu beberapa tahun yang lalu. Kesini-sininya, cita-citaku berubah, tapi tetap beda arus. Sekarang, aku menyukai hal-hal biasa saja. Tak lupa berhitung dengan kalkulator bermerek SWOT, say "bismillah", let's go! Mari kejar cita-cita!

17 November 2010

Rumah Dikaki Bukit

Dinihari berhujan, menyibak sedikit kenangan masa silam, belasan tahun yang lalu. Kenangan masa kecil didesa terpencil bernama Kedupai. Kenangan masa kanak-kanak dirumah dikaki bukit. Bukan rumah kami sebenarnya. Hanya rumah dinas yang dengan sangat memaksa kukatakan itu rumah kami. Rumahku.

Cinta yang memaksaku begitu. Cintalah yang membuatku kembali mengenang dan berniat mengabadikannya dalam catatan sejarah hidupku walaupun mungkin tak banyak orang yang akan tahu. Cintaku pada rumah  panggung sederhana berdinding papan, yang jendela tripleknya telah rusak digerus hujan , yang dinding dapurnya sebagian ditutup dengan kulit kukul (kulit kayu yang dipepat kemudian dikeringkan dan biasa dijadikan dinding rumah di uma atau ladang), sebagian lagi bolong hingga bisa kulihat Anjing yang lewat saat duduk bersama, lesehan makan siang, dengan pintu yang reot dan juga bolong, yang bernoda hitam dimana-mana karena hanya memakai pelita dan petromak untuk penerangan, yang toiletnya rusak, yang disanalah, terbentuk cerita cinta indah keluarga kami.

Masih terekam jelas, betapa "luar biasa"nya rumah "biasa" dikaki bukit ini. Halaman yang luas, pohon jambu disebelah kanan rumah (kami, empat bersaudara masing-masing punya satu pokok) yang dijadikan mamakku penyangga ayunan, pohon pepaya, kadang-kadang ada kebun sayuran, kolam untuk mandi dan mencuci yang didalamnya ada dua ekor ikan Mas, pancuran bambu yang digunakan untuk menyalurkan air ketempat mandi dan mencuci, dan yang pasti bukit dengan barisan pohon-pohon termasuk pohon Lungguk (sejenis cempedak dengan biji sebesar jari kelingking anak kecil juga dengan rasa yang berbeda. Bijinya enak dijadikan camilan semacam kuaci setelah disangrai terlebih dahulu) yang selalu menjadi tempat kami berebutan buah Lungguk masak dengan sekawanan kelasi dan monyet saat musim Lungguk berbuah.

Disebelah kiri, area kosong yang kadang-kadang ditanami pisang, membatasi rumah dengan sekolahku tercinta, kira-kira sepuluh meter jaraknya. Sekolah yang didepannya ditanami pohon-pohon akasia tempatku bersembunyi saat main tabok kaleng. Akasia-akasia ini membatasi bangunan sekolah dengan lapangan sepakbola yang luas sampai kebelakang dapur rumah kami, yang tepiannya berupa parit-parit berair dilanjutkan dengan hutan semak belukar tempat kami bermain mencari kantong semar,  mencari piding (pakis hutan), mengambil jambu monyet, dan mengambil air untuk minum dan kadang-kadang digunakan untuk tempat bersembunyi saat mantri datang, kabur karena takut disuntik. 

Ohh ya. Posisi sekolah dan rumah kami agak aneh. Seperti orang bermusuhan saja, bertolak belakang. Jadinya, bagian depan sekolahku sejajar dengan dapur kami.  Sementara bagian belakang sekolah menghadap jalan yang biasa dilalui orang-orang dikampung. Jalan biasa saja. Jalan yang berlumpur ketika hujan. Jalan tanah yang tak terlalu lebar. Diseberang jalan kecil ini terdapat lapangan voli. Jarang dipakai kami, anak-anak sekolah. Selalu dipakai orang-orang kampung setiap sore. Laki-laki dan perempuan bermain bersama. Ramai. Suara-suara teriakan memberi semangat dari pinggir lapangan ditingkahi jeritan-jeritan kami yang bermain kasti, main tabok kaleng, main guli, main gotah, main pelipis atau main tabak. Hangat sekali suasana setiap sore. Sangat terasa karena dekat dengan rumah.

Becerita dulu sedikit tentang kampungku. Kedupai mempunyai lanskap dataran yang dijaga sungai dan bukit-bukit. Dataran rendah yang tak terlalu luas dihimpit oleh sungai dan bukit atau bukit dan bukit lagi. Ia dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi sungai kecil jernih berbatu. Indah sekali saat melongokkan pandangan kebawah. Meneliti gemericik air yang menghantam batu-batu besar. Melihat  batu-batu kecil terseret arus. Aku merasa beruntung karena pernah merasakan nikmatnya mandi disana.  Melompat dari batu kebatu. Entah berapa kali. Tak lebih dari sekali kukira karena letaknya agak jauh dari rumah . Pun mamak tak mengizinkan aku dan adik-adikku sering mandi kesitu. Mungkin karena arus yang agak deras itu berbahaya.

Dari sungai kecil berbatu ke bagian hilir, orang-orang menyebutnya "sepiak ulak". Sepiak artinya sebelah atau bagian. Ulak sama dengan hilir. Jadi, sepiak ulak itu artinya kampung bagian hilir. Rumah kami ada di sepiak ulak. Dari sungai sampai kebagian hulu disebut "sepiak ulu" atau bagian hulu kampung. Awalnya, penduduk sepiak ulu 2 kali lebih banyak dari sepiak ulak. Menjelang kepergianku dari sana, sepiak ulak berkembang, jumlah penduduknya makin bertambah.

 Kembali lagi ceritaku pada rumah dikaki bukit kami dan tetangga-tetangga dekat kami disepiak ulak. Selain rumah kami, ada lima rumah lain yang berdiri tepat dikaki bukit. Bahkan ada satu yang letaknya diatas bukit. Tapi yang ini tak perlu kuceritakan karena ini tetangga jauh. Rumah pertama berjarak kurang lebih delapan meter dari rumah kami. Rumah dinas juga yang dibagi dua, ditempati Om Syahden dan Om Bacang. Rumah dengan bahan yang sama dan desain yang hampir sama dengan rumah dinas tempat kami tinggal. Disangga oleh kaki bukit, dihiasi pohon jambu air merah yang kalau berbuah, siapapun tak akan tahan untuk tak mengambilnya. Untung saja kami tinggal dikampung. Semua berbagi. Apa yang ada tak boleh dibeli. Kalau barter itu biasa. Tapi jarang ada buah jambu air menjadi barteran. Agak keterlaluan.

Enam meter dari rumah dinas ini, berdiri rumah yak Sinai (yak berarti bibi), mamak angkat adikku yang nomor empat. Belakang rumahnya dijaga oleh tebing berwarna kuning, bagian bukit yang terdiri dari tanah kuning berbatu-batu. Disamping rumah yak Sinai, berjarak limabelas meteran, terdapat rumah kecil milik mamak dan bapak angkatku (kami lima bersaudara masing-masing punya orangtua angkat). Rumah yang sangat sederhana didiami apak Sintat dan umak Juli, adiknya, dan tujuh anggota keluarga lainnya. Dengan dapur berukuran tak lebih dari 2x2 meter, berdinding kukul, rumah utama yang ukuran 7x7 meter saja mungkin tak sampai, kecil, didiami delapan manusia. Tapi tetap saja, tiap hari senyum dan tawa tak hilang dari wajah-wajah mereka. Bagi orang kampung seperti kami, hidup sangat-sangat sederhana seperti itu sudah biasa. Kegetiran telah menjadi kawan karena kami hidup tak terlalu mengandalkan uang, tapi mengandalkan alam dan kekeluargaan.

Hanya berjarak tiga meter, ada rumah su Toni (su singkatan dari usu yang berarti paman). Tak ada yang terlalu istimewa dari rumah ini selain dindingnya yang memakai semen dan pohon mangga didepan rumah yang seringkali berbuah lebat. Dibatasi pohon buah-buahan dan pohon-pohon pinang, terdapatlah rumah panggung yang lebih tinggi dari rumah-rumah yang lain. Rumah yang dayak sekali. Kecil dan sederhana, tipikal rumah kampung Kedupai, dikelilingi pohon buah-buahan mulai dari jambu bol, jambu air, langsat, lengkeng, mangga. Ini rumah yak Ai, mamak angkat adikku yang nomor tiga.Yang paling istimewa dan paling kusuka dari bagian rumah ini adalah pancuran bambu yang mengalirkan air jernih dan dingin dari mata air diatas bukit, mengalir sepanjang waktu dibelakang rumah. Disini jugalah aku mengambil air untuk minum dan memasak dan kadang-kadang pulang dalam keadaan basah kuyup karena tak tahan menahan godaan mandi dibawah pancuran.

Itu adalah kenangan belasan tahun yang lalu. Sekarang, entah seperti apa keadaannya. Telah lama tak bersua. Kangen. Ingin kesana dan juga ingin, suatu hari nanti, dimasa depan, sekali lagi, mempunyai rumah sederhana berdinding papan, terletak dikaki bukit dengan tambahan pancuran bambu dibelakangnya yang membangunkanku tiap pagi dengan ricik-ricik air mengalir dari atas bukit jatuh menyentuh tanah dan bebatuan. Semoga.. semogaa.

15 November 2010

Entah Apa Judulnya. Lupa!!

Toloonngg!! Sesuatu terjadi pada otakku! membuatku tak bisa fokus, menjadikanku seorang pelupa stadium 4. Sesuatu itu mematikan. Ia membuatku lupa kalau aku sedang di jalanan, beberapa kali hampir menabrak mobil yang parkir ditepi jalan. Ia membuatku lupa kalau aku telah menyolokkan kabel setrika  lalu dengan nyamannya tidur siang. Ia membuatku lupa jadwal mengajarku dan dengan lugunya datang dan ditertawakan. Ia membuatku lupa wajah teman kos lamaku padahal aku baru beberapa bulan saja meninggalkannya. Ia membuatku lupa kalau cutton bud itu digunakan ditelinga, bukan dihidung!! Ini berbahaya! Aku menderita penyakit lupa yang akut!

Adikku bahkan bilang, "Mending kau yoga kak. Biar jernih fikiran kau tu." Kataku, "Aku belum perlu yoga. Aku belum sampai lupa mukamu."
Dek, sebetulnya aku tak perlu yoga. Yang kuperlukan sekarang adalah pensieve-nya Prof. Dumbledore, agar bisa kupindahkan muatan-muatan tak berguna dari otakku. Full. Otakku full. Penuh dengan artikel-artikel tentang psikologi sosial, penuh dengan pdf-pdf entah apa. Saat terjaga yang kuingat pdf, saat tidur yang kuimpikan pdf. Ia menghantuiku, memenuhi memori otakku, sampai sistemnya lemot, bahkan kadang tak berfungsi.

Aku perlu memindahkan isi-isi otak yang sering memaksa keluar tak tahu tempat tak perduli waktu. Membuatku linglung, lupa dengan apa yang sedang kukerjakan. Aku perlu mentransfer file-file yang membuat otakku kepenuhan. Agar lancar sistemnya beroperasi, tak lagi tersendat-sendat. Jernih, terang, plong!

Ahh. Aku harus membaca Al Qur'an lebih sering, membuka-buka album lama, membaca-baca catatan tua, menyibak lagi lembaran-lembaran kusam beberapa tahun yang lalu, menuliskan ribuan kata dan menyapa teman-teman lama. Yaa. Itulah yang harus kulakukan agar tak lagi lupa dan lupa.

13 November 2010

NASIB DAN CITA-CITA

NASIB DAN CITA-CITA
4-3-81


Di ufuk timur matahari mulai bercahaya
Aku tersipu diantara celah perjalanan hidup ini
Memang semalaman tak sebutirpun makna di hatiku
Ku paksakan kaki beranjak ,beramai-ramai mengadu nasib
Tapi tak secuwilpun nampak nasib ku temui
Dengan hati gundah tersibak pulang
Perjalanan ini memang semakin berat,
gemersik dedaunan seakan menertawakan nasib ini,
Tetapi hatiku tetap
Menggebu. . . .
Membara. . . .
Tak segarispun cita-citaku pudar
Walau tubuh ini semakin rapuh
Dengan tubuh yang kurus, bangkit sempoyongan,
Kaki berpijak satu demi satu ,
Menyelusuri celah keheningan tengah malam,
Ayam berkokok,jangkrik ngerik mengetuk hati kecilku
Aku tersibak dalam kesunyian malam mencekam
Hati tetap menengadah di hadapan Allah
Tetap menuntut & mengharap makna yang sempurna dan nyata
Sementara temanku tidur pulas di papan
Oh Tuhan berilah hamba kekuatan. . . .
Oh Tuhan kuatkan hati hambamu ini. . . .
Oh Tuhan tunjukkan hamba ke jalanmu
Oh. . . . oh. . . . oh. . . .oh Tuhan


Lagi, ini juga tulisan bapak.  Dulu memang berencana posting tulisan bapak diblog. Baru terlaksana sekarang gara-gara otak tuaku lupa, dimana aku menyimpan file berisi puisi bapak. Tak sengaja terbaca ketika membuka satu persatu ratusan file karena ingin menghapus data-data tak penting dari laptopku.Ahh bapak, aku jadi rindu. Aku rindu.

DO'AKU


DO’AKU
3-3-81


Di tengah malam yang dingin mencekam
Terbangun dari pulas tidurku,
Jangkrik mengerik, sebagai nyanyian musik ditengah malam,
Hati nuraniku terusik karenanya,
Betapa besar keagungan Tuhan ini,
Kuanjakkan kaki mengambil air wudlu,
Dengan khusuk menengadah sujud kepada Nya
Do'aku tiada lupa walau derita masih bermukim dibenakku
Berdo'a....
Berdo'a....
Berdo'a....
Terus berdo'a....


Tulisan ini kuambil setahun yang lalu dari buku kumal milik bapakku (bapak telah almarhum, tapi tak pernah sekalipun aku, adikk-adikku dan mamakku menambahkan kata almarhum didepan namanya karena bagi kami, ia masih ada.). Puisi ini ditulis ketika bapak tinggal diujung kampung, pedalaman Belimbing kabupaten Melawi, dikampung dayak bernama Balai Agas, jauh dari tanah kelahirannya di Jogja sana  dan masih bujangan. Ahh, aku ingin menjenguk kampung ujung itu, tempat bapak dan mamakku bertemu. Suatu saat nanti. Yaa. Suatu saat nanti akan kuinjakkan kakiku ketempat itu. Balai Agas,  tunggu aku!

12 November 2010

Cintaku Lebih Besar Dari Dunia

Ahh. Menulis postingan kali ini sambil sesekali menghapus airmata. Ini semua gara-gara Dudush. Dia sms : "Eh..kam panai nda, sms kam yg modah kam syg dg umak.dsimpan umak.nda dhapus umak.yg kam modah I love you, trus kam syg dg umak.dan sms yg laen e juga.."

Huaaaaaaa!!!Aku terharu! Sebegitu sayangnya mamakku dengan anak-anaknya sampai sms-sms pendekku yang berisi kata cinta untuknya tetap dibiarkan mengisi inbox handphonenya. Ahh. Mengalir lagi airmataku.

"Mak, cintaku lebih besar dari dunia dan akan kujaga ia agar  tetap menyala dalam hatiku selama-lamanya.  Aku mencintaimu, aku menyayangimu. Ahh! Berjuta kata cinta bahkan tak cukup untukmu. Terimakasih untuk tetap mencintaiku. Love you full!!"

 My Beloved Mother

9 November 2010

Kisah Dari Negeri Utara

Alkisah, dizaman dahulu kala, bumi terbagi menjadi 4 negeri, negeri Utara, negeri Timur, negeri Selatan dan negeri Barat. Masing-masing negeri hanya mempunyai satu musim yang kontras satu sama lain. Di negeri Utara, musim semi jadi raja. Negeri Timur beda lagi. Disana bahkan banyak padang pasir menyengat karena musim panaslah yang berkuasa. Di negeri Selatan, hujan dan angin tak mau pergi. Daun-daun berguguran dan pohon-pohon bertumbangan karena badai. Musim gugurlah yang menyebabkan itu semua. Negeri Barat akhirnya menjadi teritori sang musim dingin.

Dunia menjadi seperti itu karena Matahari disekap raja negeri Hitam, dikunci dalam menara Bayangan yang tak kasat mata. Kehidupan menjadi timpang. Negeri Timur, Selatan dan Barat adalah negeri kematian. Dengan tipikal musim yang membunuh, tak ada yang bisa hidup disana selain makhluk-makhluk yang penuh sihir jahat. Mereka telah dikuasai oleh raja Negeri Hitam. 

Sementara itu, di negeri Utara atau dikenal orang dengan negeri Musim Semi, manusia, peri, kurcaci, binatang-binatang hutan hidup berdampingan. Beberapa tahun terakhir, penghuni negeri Utara hidup dalam keadaan mencekam. Terdengar berita, raja negeri Hitam sedang mempersiapkan pasukan untuk menyerang negeri Utara. Keinginannya untuk menguasai dunia akan terpenuhi saat negeri Utara jatuh. Saat itu terjadi, dunia akan dihuni oleh makhluk-makhluk berhati jahat. Tak akan ada lagi kebaikan. 

King Edvard sang raja manusia, Einar, penguasa kerajaan Elf, Hallin raja Kurcaci dan pemimpin-pemimpin binatang hutan dan para pembesar kerajaan mengadakan rapat besar dibalairung kerajaan manusia. Sementara itu, Arn, Rune, Cara, Egil, Finn, Valdis dan  Livvin berkumpul dihutan. Mereka adalah anak-anak dari para penguasa negeri Utara. Bersama dengan seekor kuda putih bernama Even, Owlo si burung hantu dan Poh si beruang, mereka merencanakan sesuatu. Rencana yang berhubungan dengan perang melawan negeri Hitam.

Apa yang akan dilakukan anak-anak ini? Bagaimana akhir dari negeri Utara? Mampukan mereka melawan kekuatan jahat Abaddon, raja negeri Hitam? Tunggu kelanjutannya dalam novelku, Kisah dari Negeri Utara, nanti, dihari-hari dimasa depan. InsyaAllah. :)

8 November 2010

Dan Malaikatpun Menang

Pagi Minggu, aku masih erat memeluk bantal guling. Membuka mata sebentar, mengintip jam. Ugh! Satu jam lagi mesti ada di tempat pelatihan. Kutarik lagi selimutku. 

"Dingin-dingin enaknya tidur! Tidur lagi aja! Ga usah ikut pelatihan." Bisikan itu membuatku tertidur lagi. Terperanjat ketika mendengar alarm berbunyi. Arrggh!! Setengah jam lagi mesti ada disana. Belum mandi, belum sarapan, perjalanan kesana bisa sampai 20 menitan. Pasti telat.

"Udaahh! Tidur aja! Ga usah pergi! Udah telat juga! Malu-maluin!"

"Ehh, pergilah. Dapat ilmu tu! Kapan lagi dapat ilmu gratis!"

"Ahh. Ilmu kan ga mesti dapat dipelatihan. Baca buku juga bisa dapat ilmu."

"Aihh. Yang ini beda. Kamu dapat ilmu langsung bahkan bisa belajar praktek ditempat pelatihan. Bisa sharing, dengar pengalaman senior. Nambah teman juga. Mana bisa kau dapat itu semua dari buku."

"Sharing  kan bisa nanti-nanti pas ketemu dikantor. Dingin loh. Hari Minggu lagi. Liburan!"

"Liburan juga bisa tiap hari. Kaya orang sibuk aja. Udah. Mandi. Sms temen, bilang kalo telat."

"Tidur lagi!"

"Mandi dan cepat pergi!"

"Tiduur!"

"Mandiiiii!"

"TIDUR!"

"MANDI!"

Aku, "Bisiiiiiiiiiinnngggg!! Ganggu orang tidur ja!" Beranjak bangun, ambil handuk, mandi. Alhamdulillah. Malaikat menang pagi ini.  

The result: sorenya pulang dalam keadaan lelah tapi bahagia karena bisa dapat ilmu baru hasil dari sharing dengan senior-senior keren. Makasih senioorrr. Tak cobain nanti trik-triknya yo. :)

5 November 2010

Jangan Bilang Aku Gila


Aku adalah peri malam.
Berpesta dihutan hitam, gelap.
Memainkan alat musik dengan gembira.
Bernyanyi dan menari.
Hopla Hoplaa.

Aku adalah peri malam.
Teman bintang gemintang dan bulan.
Sahabat kunang-kunang.



Itu cuma tulisan iseng untuk mengomentari salah satu post diblog temanku. Entah, malam ini, pas baca lagi, jadi merasa agak-agak gelisah. Deg-degan. Ada apa gerangan? Itulah akibatnya selalu berangan-angan menjadi peri. Aku ini Elf wanna be.   

Kegilaan bermula ketika membaca novel the Lord of the Rings. Aku tersihir akan deskripsi J. R. R. Tolkien tentang Elf. Anggun, bijak, rupawan, indah, tinggi semampai, ringan geraknya, suka seni, hidup dengan alam terutama hutan dan sungai, pemanah ulung dan lainnya dan lainnya. Bahh! Semua yang kusuka ada disosok Elf. Bagaimana tidak aku gila padanya.

Otak gilaku bahkan dengan sangat yakin berfikir, Elf itu memang ada. Dihutan belantara, diantara hijaunya pepohonan berlumut, di atas dahan-dahan pohon coklat kelabu berusia ratusan tahun. Menatap manusia-manusia pongah. Tak berminat menampakkan diri dihadapan manusia-manusia serakah.

Dan sekarang otak gilaku berkata, "Tolonglah!! Aku memohon. Siapapun, tolong katakan padaku "Mereka memang ada. Menunggumu dipesta hutan dengan api unggun. Menunggu sambil memainkan alat musik, menyanyi dan menari. Hoplaa. Hoplaa. Datanglah ke hutan dan temui mereka. Tak sabar mereka menanti saudara yang tersesat jauh didunia manusia.""

Ohh. Siapapun, tolong jangan katakan kalau aku sudah gila!!!

Biarkan Aku Jatuh Cinta Lagi

Kangen! Rindu! Rindu sekali aku dengan rasa indah itu! Ingin merasakannya lagi. Merasakan hangat dan cerahnya hatiku karena cinta. Jatuh cinta. Aku ingin jatuh cinta lagi! 

Malam ini terkenang saat-saat dahulu. Teringat waktu sedang kasmaran. Aih mak! Benar-benar indah dunia dibuatnya. Badaipun tak terasa! Hehe. Yaa. Dalam keadaan apapun, aku masih bisa tersenyum. Cinta itu menguatkan. Sakitpun terasa nyaman! Cinta itu menyembuhkan. Ahh. Ingat dulu, waktu jatuh cinta, dunia damai. Adem ayem tak ada perkara. Tak ada marah-marah. Tak ada "Bete-bete ahh!!". Tak ada mengeluh. Semuanya seperti sempurna! Bahagiaaaaa!

Ingat dulu, ketika membayangkan senyuman itu merekah dari kejauhan, senyuman yang tak bisa kuinderai. Terlonjak-lonjak hatiku. Sensasinya itu, enak beneer!! Kadang terkenang, pandangan dari kejauhan, bisikan kata-kata indah, mengubah lemahku menjadi kuat, takut menjadi berani, sedih menjadi bahagia, benci menjadi cinta, mengubah semua energi negatif menjadi energi positif. Lihatlah! Hebat sekali efek jatuh cinta.

Teringat saat kunikmati cinta itu di atas perahu yang terendam air laut pasang, di bawah pohon kelapa, di atas bukit gundul, di atas bebatuan, di atas kerikil dan pasir-pasir hitam, di atas rumput-rumput basah, di bawah pepohonan, di tepi sungai, di dalam tenda, ruang kelas, aula kampus, kamar, dapur, dimana saja. Terasa cinta itu saat embun-embun turun membasahi dedaunan, saat terik memanggang, saat senja mengapung dilangit senja dan terlukis dilautan, saat gelap datang, setiap waktu. Aku jatuh cinta setiap saat.

Ahh. Teringat saat-saat itu, menangis aku. Tahukah Engkau betapa porak porandanya hari-hariku ketika cinta-Mu pergi?? Memang, itu semua salahku. Aku yang meninggalkan-Mu. Aku yang memutuskan untuk tak merasakan lagi cinta-Mu. Aku yang tak menepati janji, pergi beribu langkah menjauhi-Mu. Padahal Kau pernah bilang padaku "Aku tak akan pernah meninggalkanmu . Cinta-Ku akan selalu lebih besar dari cintamu. Selangkah kau pada-Ku, seribu langkah-Ku padamu." Aku menangis lagi. Menangis ketika kueja perlahan kalimat-kalimat-Mu itu. Aku menyesal melepaskan cinta-Mu. Aku ingin jatuh  cinta lagi. Wahai Rabbi, izinkan aku jatuh cinta lagi. Biarkan aku jatuh cinta!


Pontianak, 5 November 2010
Lewat tengah malam yang berhujan dingin
Saat rindu itu tumpah ruah
Aku rindu!
Aku rindu!
Aku rindu!

2 November 2010

Aku Punya Dua Gelar

Lagi kesal, ku sms Dudush, adikku.

Aku - Aku ingin pergi jauh!!
Dudush - Janganlah kak. Nanti kami kangen ma kakak. Hahaha
Aku - Aku memang ingin pergi jauh! Bukan karena dia.
Dudush - Aku ikuuuuuttt!! Kau mau pergi ke Area X kan?? Hahaha. Tahu aku!!
Aku - Kok tahu, dek??
Dudush -  Ya lah. Aku kan punya dua gelar. Selain gelar A. Md., aku  juga bergelar dukun. Aku tahu jalan fikiranmu kak. Aku tahu khayalanmu! Aku doakan kau kak. Apapun yang kau suka, yang kau mau, aku dukung. Aku bangga punya kakak macam kau, kak. Macam Cina kebon!! Ahahahahahahhahahahahahaa..

Aku tertawa sendiri. Kesal hilang. Semangat bertambah. Terimakasih adikku. Biarpun nyebelin, kau tetap selalu bisa mengerti aku! Ssstt.. Simpan mimpi ini rapat-rapat. Belum saatnya show off. Jangan bilang siapa-siapa yaa. Hanya kau yang tahu rencana-rencana kecilku. :)

Rumah Masa Depan

Sudah punya perencanaan rumah masa depan? Aku sudah! Hidupku memang penuh rencana ya?! Katanya Andre Taulany, pemuda memang harus begitu. Yang Muda Yang Berencana. Begitu judul salah satu episode OPERA VAN JAVA. Lalu, seperti apakah perencanaan rumahku itu?? Mungkin belum sebagus konsep yang dibuat anak-anak teknik arsitektur sih. Ini cuma perencanaan awal yang dimasa depan, beberapa dari rencana ini bisa berubah, baik struktur, jumlah, desain tapi diusahakan tidak untuk bahan.

Well, nantinya aku ingin punya wood house atau rumah dari kayu yang warnanya seperti template blog yang aku gunakan sekarang. Agak susak memang, mengingat makin berkurangnya jumlah kayu yang bisa ditebang. Good job buat pemerintah telah berusaha mengurangi ilegal logging. Konsep yang diambil untukdesain exterior rumah kayu ini adalah konsep rumah adat Dayak dan Melayu. Untuk desain interior, gabungan konsep rumah-rumah di Inggris, Jepang dan the Lord of the Rings.  Bakal ramai bentuk rumahku nanti. 

Kalau tidak bisa punya rumah kayu, aku ingin punya rumah bata saja. Bata merah. Konsep untuk desain eksteriornya diadopsi dari rumah-rumah pedesaan Inggris. Desain interior ditambah dengan nuansa Dayak dan Melayu.

Rumah masa depan ini akan berisi 4 atau 5 kamar tidur agar cukup menampung keluarga besar saat berkumpul. Satu perpustakaan, satu musholla kecil, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, dua toilet dan/atau kamar mandi, dapur basah, dapur kering yang digunakan juga untuk dining room. Dibelakang rumah ada kolam ikan, kandang ayam dan kebun sayur. Disamping rumah akan dibuat taman bunga dan taman bermain, juga kebun tanaman obat. Sementara itu, pohon buah-buahan menyebar disekitar rumah. Pohon mangga, jambu, langsat dan tidak lupa ada pohon melinjo agar ke-Jawa-anku tergambarkan juga.

Desain interior kamar tidur belum difikirkan. Karena ini akan jadi milik berdua, mesti didiskusikan dulu dengan my beloved husband nantinya. yahaha! Nikmat benar bermimpi ya! Konsep rumah hobbit di the Lord of the Rings akan dipakai untuk perpustakaan. Pintu bulat dan dek bulat. Ruangan tetap segiempat untuk pemaksimalan fungsi. Musholla, masih belum kefikiran. Mungkin akan meniru konsep masjid. Cari masjid bagus dulu yang bisa ditiru desainnya. Ruang tamu dan ruang keluarga juga belum dapat rancangannya. Toilet dan kamar mandi menggunakan ubin bermotif hutan, rencananya hutan bambu. Untuk bagian dapur, meskipun rumah utama menggunakan bata, aku tetap ingin dapurku berbahan kayu. Rencananya, dapurku berdinding papan, berlantai bambu, deknya juga bambu dengan jendela kayu besar. Aku juga ingin, tiang-tiang penyangga dapur ini diambil dari kayu-kayu bulat. Biar terasa banget tradisionalnya!!

Itu dulu dah kayanya. Perencanaan untuk taman bermain dan lain-lain aku tambahkan nanti saja. Makan dulu!! Lapar!!

1 November 2010

Sebuah surat dari masa depan | Apa Kabar Dunia

Sebuah surat dari masa depan | Apa Kabar Dunia

Tautan wajib baca nih, kawan-kawan. Baca, pahami pesannya, lakukan sesuatu untuk mereka dimasa depan. Ok, selamat membaca.