29 November 2010

Tersesat

Rasa panas yang mendera sekujur tubuh membangunkanku dari tidur yang tak nyaman. Tidur dengan mimpi-mimpi aneh yang menyedot rasa aman dan bahagia hingga tak bersisa. Kukerjapkan mata, berusaha beradaptasi dengan cahaya terang yang menyorot wajahku. Apa ini?!! Aku bangun tergesa.

Ada rasa tak nyaman mengocok perutku. Seperti belasan kupu-kupu yang terbang tak henti. Kupandang sekelilingku. Ini dunia apa? Aku dimana? Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku ada disini? Siapa yang mengangkatku dari tempat tidur  biru lautku dan meletakkankku disini? Disebuah tempat ditengah gurun. Benar-benar gurun. Benar-benar gersang dan kerontang. Seluas mata memandang hanya padang pasir. Tunggu! Bukan?! Tak hanya padang pasir. Ada banyak bangunan disekilingku. Pemukiman ditengah gurun!!

Aku menoleh kesana kemari. Tak ada sesuatupun yang kukenal. Asing. Semua serba asing. Orang-orang dari berbagai ras lalu-lalang. Ada yang berjalan tergesa-gesa entah kemana. Ada yang sambil bercakap santai dengan bahasa yang untungnya ada yang kumengerti. Kudekati mereka. Kutanyakan dimana aku berada. Tak ada yang menjawab. Mereka hanya menoleh beberapa detik lalu melengos dan melanjutkan aktivitas mereka. Berjalan tergesa. Berjalan dan bercakap santai sambil tertawa-tawa. Kudekati yang lain. Semua sama. Menoleh sesaat lalu menganggapku tak ada. Aku frustasi!

Kulihat beberapa beranda rumah yang disana terdapat beberapa orang bersantai menikmati pagi. Pagikah ini? Entahlah. Kusapa mereka sambil tersenyum dan kutanyakan keberadaanku. Semua orang-orang di beranda sama saja dengan orang dijalan. Mereka menganggapku bayangan. Tak menyerah, aku berkeliling. Kuajak bicara semua orang, orang tua, remaja, anak kecil. Tak ada yang mau menjawabku. Aku makin frustasi! Aku takut! Aku marah! Aku berteriak marah pada mereka, "KATAKAN PADAKU DIMANA AKU BERADA!!" Lagi, hanya hening yang menjawabku.

Aku tersesat dalam dimensi yang berbeda. "Ini bukan duniaku!!" teriakku pada udara. Udarapun tak peduli. Marah! Marah mendominasi emosiku. Marah karena ketaktahuanku dan kebingunganku. Marah karena ketakpedulian mereka. Apa? Mengapa? Bagaimana bisa? Semua pertanyaan mengalir kembali dan lagi-lagi aku tak tahu jawabannya. Aku terduduk lesu sambil menangis diantara pohon yang tak kutahu namanya. Mengepalkan tangan marah seraya meninju-ninju pasir sampai tanganku berdarah. Tuhan, tolong aku.

No comments:

Post a Comment