11 June 2011

The Intruder

Kenal Raditya Dika? Udah pernah ketemu? Ada yang bilang, Raditya Dika itu pendek dan kaya banci. Karena ingin membuktikan, aku ingin ketemu. Kesempatan itu akhirnya datang saat sebuah produk mengadakan kegiatan seminar dan mendatangkan Raditya Dika sebagai pembicaranya.

Ya! Kemarin siang, Radit akhirnya mampir dikampusku. Karena menyangka bakal telat 2 jam kaya seminar sebelumnya, aku menelatkan diri. Ternyata pas datang, orang-orang udah pada bejubelan kaya antri raskin. Ramai banget berdempet-dempetan, berbagi udara yang udah terkontaminasi bau mulut, bau ketek, bau kaki. Daaan, karena datang telat, dapat antrian paling akhir, sementara jatah peserta cuma 400an, aku ga dapat tempat!

Aku dan dua temanku akhirnya berencana menyelinap lewat jalan lain yang ga ada panitianya. Ah! Ini semua gara-gara ingin dapat ilmu. (Bohong!)

Seperti maling, kami mengendap-endap menuju lantai 3 rektorat tempat seminar diadakan. Dan sepertinya, hanya aku yang sudah mirip maling profesional. Biar ga ketahuan dan berasa keren kaya film-film detektif, aku ingin menyamar. Awalnya aku punya niat menyamar jadi sekuriti. Tapi karena ga ada sekuriti yang mukanya memelas dan penuh penderitaan kaya aku, rencana tersebut dibatalkan. Terbersit niat menyamar jadi Raditya Dika. Ga jadi. Raditya Dika kan katanya gendut dan pendek. Sementara aku tinggi langsing. Panitia bakal langsung tahu!

Akhirnya, dengan tampang seadanya kami menyelinap. Ketemu panitia! Aku berusaha merapal mantra untuk ber-disapparate. Ga berhasil. Ngumpet di toilet. Ga tahan lama-lama kongkow bareng penunggu-penunggu toilet, aku sebagai  satu-satunya yang mirip maling profesional disitu mengambil alih keadaan. Aku ajak teman-temanku berkumpul dilingkaran, memberi instruksi.

"Kita harus masuk. Demi ilmu! Pasang muka lugu. Biar panitia ngira kita punya izin masuk. Siap ya?! Eh, tarik nafas dalam-dalam dulu. Satu, dua, tigaaa... jalan!"

Dan berjalanlah tiga orang dengan muka lugu tanpa dosa (satu orang kelihatan lebih kaya orang menderita) menuju lantai 3. Panitia tak ada yang curiga (Sukses!). Celingak celinguk ke dalam ruangan. Gila! Penuuuh. Tempat untuk berdiri juga hampir ga ada. Ini seminar apa konser?! Ah, ga apalah. Duduk diluar aja. Yang penting kan dengar Radit ngomong. Cuma ingin dapat ilmunya iniii. (Dusta!)

Dan akhirnya, pengorbanan ngantri dan kecerdasan jadi maling berbayar lunas. Kami bertiga bisa masuk dan duduk dan dapat ilmu dan eh, liat Radit. Hehe. Dia biasa ,but yeah, tapi luar biasa . Wajarlah kalau temanku sampai maksa-maksa minta aku foto bareng Radit segala. Aku menolak dan bilang, "Ga ah!Gengsi! Takut ketauan naksir."

Well, this is it, my yesterday's experience.  Btw, thanks Raditya Dika buat ilmunya. Aku sedang belajar membuat tulisan dengan persepsi unik nih. Wish me luck! Ciao.

No comments:

Post a Comment